BLORA, INFOMEDIA.ID.
Sekretaris Dewan (Setwan) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Blora tampil beda di karnaval Agustusan memperingati HUT ke 78 Kemerdekaan RI tahun 2023 ini.
Mengangkat tema “Jangan Sekali Kali Meninggalkan Sejarah (Jas Merah), para peserta karyawan/karyawati Setwan Blora tampil memukau, menarik perhatian masyarakat dengan mengenakan pakaian biasa (putih) berbalut dengan corak warna merah (darah).

“Tampil beda, karnaval tahun ini dari Setwan Blora,” ungkap Anna Oktaviani, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (27/8) pagi.
Diawali dengan teatrikal kerja paksa pada masa penjajahan tempo dulu, sebagian peserta memakai seragam penjajah Belanda lengkap dengan senjata dan sebagian lain mengenakan pakaian warga biasa berjalan dari Alun-Alun Blora hingga Jalan A. Yani.
Mbak Anna menambahkan penampilan itu sontak menarik perhatian masyarakat, kerja paksa dimasa lampau diperagakan karyawan/karyawati Setwan Blora, rute karnival Blora ditengah jalan hiruk pikuk antusias warga.
“Ada yang berperan sebagai rakyat biasa, yang disiksa, tangan dirantai, leher yang dibelenggu dengan kayu, dimasa penjajahan Belanda tempo dulu,” ujarnya.
Disisi lain, kata Mbak Anna, ada pula yang memerankan sebagai penjajah, yang dengan kejam menyiksa rakyat jelata tidak berdaya.
“Adegan itu, sontak membuat masyarakat yang menyaksikan merasa haru, iba, sekaligus mengambil pelajaran bahwa perjuangan para pahlawan membebaskan diri dari belenggu penjajah terasa amat berat,” ungkap Mbak Anna.
Tak hanya menampilkan teatrikal, Setwan Blora juga membuat replika kuda yang dikendarai pahlawan nasional Pangeran Diponegoro, Sekretaris DPRD Kabupaten Blora, Catur Pambudi Amperawan sebagai peran tokoh nasional tersebut.
Ada juga peran sebagai bangsawan Indonesia yang memihak Belanda, karena kita semua tahu musuh bangsa kita bukan hanya bangsa lain, melainkan juga dari bangsa kita sendiri.
Para tentara Indonesia serta wanita-wanita berperan sebagai Palang Merah Indonesia, ketika tampil didepan panggung kehormatan semuanya melebur bergabung menjadi satu, setelah sang proklamator (yang juga diperankan karyawan) membacakan teks proklamasi.
“Banyak warga memberikan komentar ragam positif,” ungkapnya.
“Teatrikal penuh inspirasi dan makna. Membayangkan, bagaimana para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan dijaman dulu. Merdeka…Merdeka…Merdeka, Alfatihah,” kata salah seorang warga.
Sebagian warga juga turut memberikan komentar membayangkan bagaimana sulitnya hidup di masa penjajahan dan nikmatnya hidup di jaman kemerdekaan.
“Alfatihah buat para pejuang,” ungkap warga mendoakan para pahlawan.
Karnaval dengan tema perjuangan ini, Anna menambahkan, koreografer Setwan Blora memang perlu diangkat dalam perhelatan.
“Berawal dari miris akan anak anak muda sekarang, termasuk anak saya yang ternyata tidak tahu gambaran perjuangan di zaman penjajahan, tahu hanya dari pelajaran ataupun cerita tidak pernah melihat gambaran secara langsung,” pintanya. (Gun).