Blora (INFO MEDIA) – Penyakit Tidak Menular (PTM) kini menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, terutama pada kelompok usia produktif.
Berdasarkan data WHO tahun 2016, sekitar 71% kematian di dunia disebabkan oleh PTM, dengan 80% di antaranya terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Di Indonesia sendiri, PTM menyumbang 73% kematian, meliputi 35% akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% kanker, 6% penyakit pernapasan kronis, 6% diabetes, serta 15% PTM lainnya.
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan pergeseran usia penderita PTM yang semakin muda, dengan prevalensi meningkat hingga empat kali lipat pada usia produktif (25–54 tahun). Faktor risiko yang dominan antara lain pola makan tidak sehat, kurang konsumsi buah dan sayur, kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, obesitas sentral, hingga stres akibat beban pekerjaan. Data terbaru Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 bahkan melaporkan prevalensi hipertensi di atas 29%, dengan jantung dan stroke menjadi penyebab 75% kematian di Indonesia.
Untuk menekan angka PTM, pemerintah telah meluncurkan Posbindu PTM sejak 2012 dan menetapkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017. Program tersebut menekankan pentingnya aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan sehat, deteksi dini PTM, serta edukasi gizi.
Namun, hasil monitoring menunjukkan masih dibutuhkan penguatan kapasitas kader dan dukungan sarana prasarana.
Sebagai bentuk kontribusi, dosen dan mahasiswa Program Studi Keperawatan Blora, Poltekkes Kemenkes Semarang, melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat bertajuk “Literasi Deteksi Dini Sindrom Metabolik pada Kader Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) di Usia Produktif.”
Kegiatan berlangsung pada 8 Agustus 2025 di Desa Sukorejo, Kecamatan Blora, dengan diikuti 17 kader kesehatan. Para kader dilatih untuk melakukan deteksi dini sindrom metabolik sebagai langkah pencegahan PTM.
Salah satu kader menyampaikan kesannya. Kegiatan ini menambah pengetahuan dan keterampilan kami dalam mendeteksi dini risiko PTM. Semoga bisa diterapkan untuk membantu masyarakat.
Kegiatan ini tidak hanya sejalan dengan program pemerintah menurunkan angka PTM, tetapi juga mendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya bidang pengabdian masyarakat.
Dengan pemberdayaan kader, diharapkan masyarakat semakin siap menghadapi tantangan kesehatan, terutama dalam mencegah penyakit tidak menular di usia produktif.
Penulis: Tim Pengabdian Masyarakat, Tutik Setyowati dan Siti Kistimbari MN. Mudhofar