Balai Desa Rasa Kafe Jadulan: Kreativitas Kades Bangsri Blora Hadirkan Ruang Pelayanan yang Bikin Betah

Blora (INFO MEDIA) – Balai Desa Bangsri, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, tak tampak seperti kantor pemerintahan pada umumnya.

Begitu memasuki halaman, nuansa vintage langsung menyapa, rak-rak kayu tua, ornamen jadul, kursi-kursi retro, hingga sudut-sudut foto yang instagramable.

Alih-alih kaku dan formal, balai desa ini justru memberikan kesan hangat, santai, dan artistik lebih mirip kafe berkonsep jadulan daripada kantor pemerintahan.

Gagasan unik itu lahir dari kepala desa, Yannanta Laga Kusuma, yang memang memiliki ketertarikan kuat pada dunia seni dan barang-barang klasik.

“Memang awalnya saya ini orang seni, suka jadul-jadulan,” ujarnya, tersenyum saat menceritakan proses kreatifitasnya, di Blora, Rabu (3/12/2025).

Menurutnya, pembangunan balai desa biasanya memakan biaya yang tak sedikit.

“Umumnya, kalau bangun balai desa itu habisnya ratusan juta bahkan miliaran rupiah,” katanya.

Namun Bangsri memilih jalan berbeda. Dengan kreativitas dan pemanfaatan sumber daya yang ada, balai desa itu hanya menghabiskan sekitar Rp36 juta, biaya yang sangat jauh di bawah standar pembangunan kantor desa pada umumnya.

“Kami hanya memakai sedikit anggaran dari PAD. Kalau dapat miliaran rupiah, justru lebih baik kami gunakan untuk pembangunan fisik lain yang lebih penting,” kata Yannanta.

Barang-barang jadul yang menghiasi balai desa didapatkan dari jaringan pertemanan sesama kolektor dan pecinta vintage.

“Gampang-gampang susah nyarinya, tapi Alhamdulillah banyak teman yang jual barang jadulan, jadi semua bisa terpenuhi,” ujarnya.

Konsep ini bukan hanya soal estetika. Yannanta ingin warga merasa nyaman saat datang mengurus berbagai layanan pemerintahan. Suasana yang teduh, artistik, dan tidak menegangkan dipercaya dapat meningkatkan pelayanan publik.

“Desain jadul ini sengaja kami buat untuk memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang datang ke balai desa,” terangnya.

Hasilnya tak hanya dirasakan warga Bangsri. Sejak dibenahi sekitar setahun lalu, balai desa tersebut kerap menjadi spot foto menarik.

Pengunjung wisata Noyo Gimbal View yang viral beberapa waktu lalu pun sering menyempatkan mampir untuk berswafoto.
Kini, Balai Desa Bangsri menjadi bukti bahwa pelayanan publik tak selalu harus mahal.

Dengan kreativitas, sentuhan seni, dan pemikiran yang efisien, sebuah ruang pelayanan bisa tampil ramah, menarik, sekaligus hemat anggaran. Sebuah contoh bahwa desa pun dapat menciptakan inovasi yang terasa dekat dengan masyarakatnya.

“Yang penting nyaman, fungsional, dan bermanfaat,” ujar sang kades.

Keberadaan Balai Desa Bangsri bergaya jadul itu mendapat respons positif dari warga. Banyak yang merasa suasana pelayanan kini jauh lebih nyaman dan bersahabat.

Salah satu warga, Aria, mengaku terkejut saat pertama kali datang di balai desa.

“Rasanya seperti masuk kafe, bukan kantor desa. Pelayanannya jadi tidak tegang. Tempatnya adem, enak buat nunggu,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa desain balai desa yang unik dan fotogenik membuat banyak anak muda tertarik untuk berfoto. Menurutnya, konsep jadul yang diterapkan membuktikan bahwa desa bisa kreatif tanpa harus menghabiskan anggaran besar.

“Bagus sekali. Buktinya dengan biaya sedikit saja bisa menghasilkan ruang pelayanan yang menarik. Ini menunjukkan desa bisa berinovasi,” tuturnya.

Aria juga menyebutkan bahwa keberadaan spot foto di area balai desa menjadi nilai tambah tersendiri.

“Setiap ada tamu dari luar, banyak yang melihat balai desa. Unik, beda dari lainnya,” katanya.

Secara umum, warga menilai inovasi ini tidak hanya mempercantik tampilan kantor desa, tetapi juga meningkatkan kenyamanan dan kualitas pengalaman pelayanan publik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!