Blora (INFO MEDIA) – Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Kabupaten Blora, Jawa Tengah, merilis data perkembangan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama delapan tahun terakhir.
Data menunjukkan pola fluktuatif dengan beberapa lonjakan signifikan yang perlu menjadi perhatian masyarakat.
Berdasarkan catatan Dinkesda Blora, pada 2018 tercatat 397 kasus DBD. Angka tersebut sedikit menurun pada 2019 menjadi 393 kasus, sebelum kemudian jatuh drastis pada 2020 dengan hanya 88 kasus.
Penurunan pada 2020 diperkirakan turut dipengaruhi pembatasan mobilitas masyarakat selama pandemi COVID-19, sehingga rantai penularan DBD berkurang.
Namun pada tahun-tahun berikutnya, tren kembali menunjukkan peningkatan. Tahun 2021 tercatat 204 kasus, disusul lonjakan besar pada 2022 mencapai 594 kasus, yang menjadi angka tertinggi dalam delapan tahun terakhir.
Pada 2023 kasus menurun menjadi 266, namun kembali naik pada 2024 menjadi 459 kasus.
Sementara itu, hingga Oktober 2025, Dinkesda telah mencatat 111 kasus, dan jumlah tersebut berpotensi bertambah seiring masuknya puncak musim penghujan.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkesda Blora Prihartanto di Blora, Sabtu, menegaskan bahwa kondisi ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.
Menurutnya, peran aktif warga sangat dibutuhkan dalam memutus mata rantai penularan.
“Kami mengimbau seluruh masyarakat Blora untuk menerapkan gerakan 3M Plus secara konsisten. Menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk adalah langkah yang sangat penting. Ditambah dengan upaya plus seperti menggunakan obat antinyamuk, memasang kelambu, dan menjaga kebersihan lingkungan,” ujarnya, pada Senin (1/12/2025).
Ia menambahkan, Dinkesda terus memperkuat upaya pengendalian dengan melakukan pemantauan jentik berkala, peningkatan edukasi ke sekolah-sekolah, sosialisasi kepada masyarakat, serta koordinasi dengan puskesmas di seluruh kecamatan. Fogging fokus juga dilakukan pada lokasi-lokasi yang ditemukan kasus ataupun potensi penularan tinggi.
“DBD tidak bisa ditangani hanya oleh pemerintah. Keberhasilan pengendalian sangat bergantung pada perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Karena itu, kami mengajak warga untuk aktif melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali,” tambahnya.
Dengan memasuki periode curah hujan tinggi, Dinkesda Blora meminta masyarakat untuk memperhatikan lingkungan rumah dan memastikan tidak ada genangan air yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.

